Sabtu, 09 Juli 2016

Sebuah Cerita Pendek dari Enggar Tyastiwi. M







Aku cenderung orang yang tertutup. Aku tidak suka banyak bicara. Aku juga tidak suka keramaian. Orang-orang sering menemukanku berada di pojok ruangan dengan wajah terbenam pada lembaran buku. Terkadang aku juga benci dengan orang-orang, sebagian besar mereka menyebalkan. Maka dari itu aku lebih suka menarik diriku jauh dari keramaian.

Aku tidak menganggap tingkah lakuku ini aneh. Semua biasa dan normal. Aku juga tidak percaya pada orang-orang, khususnya pada laki-laki. Laki-laki diciptakan hanya untuk mengacau dan melukai perempuan. Jangan salahkan aku beranggapan seperti itu.

Aku akan menceritaknnya awal mula aku seperti ini. Umur 5 tahun aku sudah mendapat tontonan kekerasan secara langsung di rumah. Seorang pria yang aku panggil Ayah setiap hari banyak bicara, suaranya keras hingga aku harus menutup telingaku. Sentuhan tangannya meninggalkan cairan merah pada dahi ibuku.

Ayah pergi dari rumah lewat pintu belakang, namun sebelumnya ada suara letusan keras. Dan dahi ibu berlubang mengeluarkan semakin banyak cairan merah. Disaat itu pula orang-orang datang mengerumuni rumahku. Mereka semua berisik! Bahkan salah satu dari mereka menjerit histeris sambil mengarahkan telunjuknya padaku. sudahku bilang, orang-orang memang menyebalkan.

Ternyata mereka bukan menunjuk padaku, tapi pada seseorang tepat di belakangku. Aku tengok ke belakang ternyata Ayah. Aku kira dia sudah pergi tadi. Namun aku merasakan sesuatu yang dingin dan tajam menyentuh kulit leherku bersamaan dengan Ayah yang memelukku dari belakang. Orang-orang semakin menjerit tidak karuan. Kepalaku pusing mendengar suara bising mereka.

Polisi datang untuk menangkap Ayahku dan mereka berhasil. Tapi polisi gagal menolongku. Benda yang dingin dan tajam tersebut telah menembus ke dalam leherku dan mengeluarkan cairan merah sama seperti ibu. Kepalaku semakin pusing, pandanganku semakin gelap dan blur. Aku tidak kuat menahan bobot tubuhku sendiri. Rupanya cairan merah ini sangat berpengaruh pada diriku. Semakin banyak cairan itu keluar, semakin lemahlah aku.

Aku terbangun dan bangkit, tapi ragaku tidak ikut bangkit. Aku bisa melihat sendiri ragaku tergeletak di lantai dibanjiri cairan merah. Aku menyentuh ragaku sendiri, namun tanganku menembusnya. Dan aku melihat diriku sendiri, seluruh tubuhku tembus pandang. Apa yang terjadi padaku? Dan dimana Ayahku sekarang? Kenapa orang-orang menangisi ragaku? Mengapa mereka menutup tubuhku dengan koran?

Semenjak kejadian itu, ketika aku berjalan dari rumah ke rumah, pasti orang-orang menjerit ketakutan dan lari terbirit. Apa yang salah denganku? Aku hanya ingin mencari hiburan, aku bosan tidak punya teman. Aku juga tidak tau keberadaan Ayah dan ibuku saat ini.

Aku terus berjalan mencari sesuatu yang dapat menghiburku. Dan akhirnya aku menemukan sebuah buku yang menarik, di salah satu kamar tetanggaku. Aku tertarik melihatnya dan aku juga senang berada di pojok kamar sambil mengebet lembar buku.

Tapi aku benci, aku selalu di usir dari kamar. Mereka bilang itu bukan tempatku. Aku sedih kenapa setiap orang membenciku? Tidak menginginkanku? Aku hanya butuh tempat tinggal. Karena selalu diusir, aku terus pindah tempat dari rumah ke rumah untuk menemukan kamar yang nyaman dan untukku mengebet buku di sana. Tapi sebelum aku pindah, aku meninggalkan cairan merah pada mereka yang mengusirku secara kasar. Orang-orang memang menyebalkan, mereka pantas mendapatkan itu.

Jika kalian menemukanku di pojok kamar, jangan usir aku. Aku tidak akan mengganggu. Aku hanya butuh tempat tinggal. Jika kalian tidak nyaman aku di sana, usirlah aku dengan sopan. Bacakan aku ayat-ayat yang dapat membawaku ke tempat yang seharusnya aku berada.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



0 komentar: