Senin, 04 Juli 2016

Sebuah Cerita Pendek dari Enggar Tyastiwi. M





Aku bisa melihat kilauan berlian kecil di jari manisnya. Seharusnya aku yang memberikan itu. Aku merasakan nyeri yang amat sangat di dalam rongga dadaku ketika pria lain menciumnya di depan altar dan disaksikan para tamu. Seharusnya aku yang melakukan itu. Seharusnya semua momen-momen itu milikku.


            Kali ini aku yang tersenyum bahagia sambil menggenggam pisau berlumuran cairan berwarna merah. Dan ratusan tamu telah tergelatak di lantai dengan damainya. Aku membawa wanita ini pergi jauh karena sudah tidak ada orang lagi yang menghalangiku. Aku tertawa puas pada sentuhan terakhir. Yaitu, membersihkan semua hal yang bukan milikku dengan bensin. Membakar habis altar.


Tanpa suara aku menyeret wanita ini jauh ke tempat dimana orang tidak akan pernah menemukannya. Gaun putihnya kini berubah coklat sedikit kemerahan. Aku tidak akan membiarkan warna putih gaunnya bersinar indah untuk pria lain. Aku memberinya kecupan selamat tinggal dan melemparkan beberapa tangkai mawar merah di kakinya, sebelum meninggalkannya.


            Namun sebelum benar-benar meninggalkannya, aku menatapnya sejenak. Dan sekumpulan memori terputar kembali di dalam kepalaku. Sekumpulan memori yang tercipta indah bersama wanita ini, bagaimana dahulu berjalan indah dengan selayaknya. Hingga akhirnya ia malah memutuskan memilih orang lain dari pada aku. Aku terus menatapnya sambil terus berpikir. Seharusnya momen indah pernikahan ini adalah untukku, bukan pria lain.


            Aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal sadis ini kepadanya. Semua ini terlintas begitu saja di kepalaku. Dan sekarang, hanya aku dan wanita ini di sini. Itu adalah lebih dari cukup. Jika kau bertanya mengapa aku melakukan ini, karena yang aku inginkan hanyalah bersamanya. Ratusan jiwa para tamu telah aku habisi hanya untuk mendapatkannya. Aku kira itu tidak cukup, itu yang aku lakukan untuk membuang rasa kecewaku. Dan aku akan melakukan hal yang lebih dari pada sekedar menghabisi ratusan jiwa, untuk membuktikan betapa kecewanya aku.


            Aku pergi meninggalkannya sendirian, lagi pula memang dia tidak bisa bergerak saat ini. Aku tertawa lepas pada ingatanku tentang tubuh-tubuh kaku di altar tadi. Dan aku akan merayakan itu semua dengan minum beberapa botol bir.


            Semua itu aku lakukan karena aku mencintainya. Aku tidak akan sanggup melihatnya bahagia dengan orang lain. Aku tau ini egois, tapi semua ini adalah salahnya! Mengapa sebelumnya dia membuatku sangat mencintainya? Dan meninggalkanku begitu saja dengan orang lain. Aku marah juga sedih dan juga kecewa. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Iblis di otakku menguasai kontrol diriku. Hingga aku memutuskan untuk menculiknya dan membawanya jauh.


            Aku rasa itu adalah lebih baik dari pada menyakiti diri sendiri dengan melihatnya bahagia dengan orang lain. Aku mohon kalian jangan pernah melakukan ini. Cukup ini saja dan jangan pernah ada hal seperti ini lagi.


            Aku membawanya ke tempat yang jauh, sangat jauh, untuk menghapus beberapa ingatannya dan merubah penampilannya. Begitu pun aku merubah total penampilan dan wajahku agar tidak dikenali polisi. Aku ingin hidup bahagia dengannya tanpa diganggu oleh kejadian pahit terdahulu.


Beberapa tahun setelah kejadian itu, dan aku telah dikaruniai 3 anak hebat darinya. Aku sangat bersyukur dan bahagia. Satu dari anakku mewarisi keahlianku yaitu kecepatan. Dan yang lainnya berwarna biru sama seperti ibunya, sebelum ibunya dirubah total penampilannya.


Oh satu hal dari kisah ini yang kita bisa dapatkan. Pengarangnya kebanyakan nonton X-Men. Hahahahaha


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
             

0 komentar: