Sebuah Cerita Pendek dari Enggar Tyastiwi. M
Aku bisa melihat kilauan berlian
kecil di jari manisnya. Seharusnya aku yang memberikan itu. Aku merasakan nyeri
yang amat sangat di dalam rongga dadaku ketika pria lain menciumnya di depan
altar dan disaksikan para tamu. Seharusnya aku yang melakukan itu. Seharusnya
semua momen-momen itu milikku.
Kali ini aku yang tersenyum bahagia sambil menggenggam pisau berlumuran cairan
berwarna merah. Dan ratusan tamu telah tergelatak di lantai dengan damainya.
Aku membawa wanita ini pergi jauh karena sudah tidak ada orang lagi yang
menghalangiku. Aku tertawa puas pada sentuhan terakhir. Yaitu, membersihkan
semua hal yang bukan milikku dengan bensin. Membakar habis altar.
Tanpa suara aku menyeret wanita ini
jauh ke tempat dimana orang tidak akan pernah menemukannya. Gaun putihnya kini
berubah coklat sedikit kemerahan. Aku tidak akan membiarkan warna putih gaunnya
bersinar indah untuk pria lain. Aku memberinya kecupan selamat tinggal dan
melemparkan beberapa tangkai mawar merah di kakinya, sebelum meninggalkannya.
Namun sebelum benar-benar meninggalkannya, aku menatapnya sejenak. Dan
sekumpulan memori terputar kembali di dalam kepalaku. Sekumpulan memori yang tercipta
indah bersama wanita ini, bagaimana dahulu berjalan indah dengan selayaknya.
Hingga akhirnya ia malah memutuskan memilih orang lain dari pada aku. Aku terus
menatapnya sambil terus berpikir. Seharusnya momen indah pernikahan ini adalah
untukku, bukan pria lain.
Aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal sadis ini kepadanya. Semua ini
terlintas begitu saja di kepalaku. Dan sekarang, hanya aku dan wanita ini di
sini. Itu adalah lebih dari cukup. Jika kau bertanya mengapa aku melakukan ini,
karena yang aku inginkan hanyalah bersamanya. Ratusan jiwa para tamu telah aku
habisi hanya untuk mendapatkannya. Aku kira itu tidak cukup, itu yang aku
lakukan untuk membuang rasa kecewaku. Dan aku akan melakukan hal yang lebih
dari pada sekedar menghabisi ratusan jiwa, untuk membuktikan betapa kecewanya
aku.
Aku pergi meninggalkannya sendirian, lagi pula memang dia tidak bisa bergerak
saat ini. Aku tertawa lepas pada ingatanku tentang tubuh-tubuh kaku di altar
tadi. Dan aku akan merayakan itu semua dengan minum beberapa botol bir.
Semua itu aku lakukan karena aku mencintainya. Aku tidak akan sanggup
melihatnya bahagia dengan orang lain. Aku tau ini egois, tapi semua ini adalah
salahnya! Mengapa sebelumnya dia membuatku sangat mencintainya? Dan
meninggalkanku begitu saja dengan orang lain. Aku marah juga sedih dan juga
kecewa. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Iblis di otakku menguasai
kontrol diriku. Hingga aku memutuskan untuk menculiknya dan membawanya jauh.
Aku rasa itu adalah lebih baik dari pada menyakiti diri sendiri dengan
melihatnya bahagia dengan orang lain. Aku mohon kalian jangan pernah melakukan
ini. Cukup ini saja dan jangan pernah ada hal seperti ini lagi.
Aku membawanya ke tempat yang jauh, sangat jauh, untuk menghapus beberapa
ingatannya dan merubah penampilannya. Begitu pun aku merubah total penampilan
dan wajahku agar tidak dikenali polisi. Aku ingin hidup bahagia dengannya tanpa
diganggu oleh kejadian pahit terdahulu.
Beberapa tahun setelah kejadian
itu, dan aku telah dikaruniai 3 anak hebat darinya. Aku sangat bersyukur dan
bahagia. Satu dari anakku mewarisi keahlianku yaitu kecepatan. Dan yang lainnya berwarna biru sama
seperti ibunya, sebelum ibunya dirubah total penampilannya.
Oh satu hal dari kisah ini yang
kita bisa dapatkan. Pengarangnya kebanyakan nonton X-Men. Hahahahaha
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 komentar:
Posting Komentar