Minggu, 10 Juli 2016

Sebuah Cerita Pendek dari Enggar Tyastiwi. M





Namaku Lili, Lili Jean 16 tahun. Aku hanya perempuan biasa, tidak ada yang spesial dalam diriku. Aku tidak cantik, tidak kaya, tidak terlalu pintar (tidak bodoh juga), pendiam dan tidak pandai bergaul.

Aku tidak cantik” kata-kata tersebut yang muncul dibenakku setiap kali bercermin. Tubuhku menyedihkan gendut tak berbentuk, kulitku tidak putih cenderung dekil dan wajahku selalu berminyak (padahal aku membersihkannya setiap saat), rambutku tipis mudah kusut. Aku tidak punya banyak uang untuk perawatan seperti gadis lain, pergi ke salon atau beli produk perawatan. Jadi aku biarkan diriku ini apa adanya, walaupun kadang aku membencinya. Tapi dari itu semua, aku bersyukur Tuhan memberiku sedikit kelebihan pada otakku. Sehingga aku tidak benar-benar ‘ngeblangsak’.

Aku tidak kaya” kata-kata tersebut selalu muncul di batinku ketika aku mulai iri dengan anak-anak lain yang punya segalanya. Aku berusaha untuk mengontrol setiap keinginanku dengan ucapanku tersebut. Karena aku bukan orang kaya. Ayahku hanya seorang pekerja di perusahaan teknologi, dan Ibu bilang gaji Ayah cukup. Namun aku sendiri tidak pernah tau berapa nominalnya. Dan aku juga tidak pernah tau gajinya cukup untuk apa. Untuk makan? Untuk pendidikanku? Entahlah!

Pendiam” ya, itu aku. Aku tidak banyak bicara, bicara itu melelahkan. Lagi pula aku tidak punya hal menarik untuk diceritakan. Kebanyakan hari-hariku dimulai dan berakhir begitu saja. Tanpa kenangan di dalamnya.

Tidak pandai bergaul” kalian bisa menyimpulkan sendiri dari penjelasan-penjelasan di atas. Semua itu menyebabkan Minder, aku selalu minder untuk memulai pertemanan baru. Aku minder karena tidak cantik, tidak modis, tidak up-to-date dan aku pendiam serta membosankan, serta aku sama sekali bukan tipe gadis dari seorang pria.

Aku benci ketika orang-orang hanya respect pada seorang wanita karena kecantikannya. Oh really? Does beauty really matter to you?. Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar pada orang-orang yang suka memberi perlakuan berbeda pada yang cantik. Seperti selalu menawarkan pertolongan, memberi perhatian lebih, dan wanita cantik seperti lebih dilihat dari pada yang tidak cantik.

Aku iri, jujur sangat iri pada wanita cantik. Apakah aku harus jadi cantik atau kaya raya dahulu agar orang-orang melihatku? Aku si manusia tak terlihat di kelas, bukan tak terlihat, tak dihiraukan tepatnya. Pernah sekali aku pergi memakai make-up, namun tetap saja tidak ada yang melirik atau menyapaku.

Aku tidak munafik, aku pun akan memberikan perlakuan lebih pada yang tampan, namun aku tidak pilih kasih bagi yang jelek. Karena aku tau rasanya diperlakukan pilih kasih. Lantas apa yang harus aku lakukan agar orang-orang melihatku atau menyadari keberadaanku? Dengan prestasi? Itu sulit! Aku pernah mencobanya dan gagal.

Meneror semua orang di sekolah? Itu konyol! Yang ada aku akan ditangkap polisi. Sekalinya seseorang menyadari keberadaanku, dia membullyku dengan ucapannya yang menyakitkan hati. Aku marah! Aku sedih! Aku benci orang-orang! Mereka terlalu jahat.

Dan aku tau satu hal yang dapat membuatku dilihat orang-orang!

Aku pergi ke lantai teratas di sekolahku. Pemandangan di atas sangat indah! Jika aku bisa terbang, mungkin orang-orang akan melihatku. Kemudian aku terbang, namun hanya beberapa detik. Setelah itu aku merasakan tubuhku sakit luar biasa, namun aku masih bisa melihat walaupun berat.

Kali ini aku benar! Orang-orang datang mengerumuni untuk melihatku. Di kerumunan itu pula aku melihat seorang pria bersayap, dan dia menarikku paksa untuk bangkit. Pria bersayap itu bilang “keinginanmu terkabul! Orang-orang melihatmu sekarang! Namun sebagai gadis yang bunuh diri. Terjun dari atas gedung karena tidak tahan di bully. Sekarang ikut aku, dan Tuhan akan melihatmu.”




STOP BULLYING

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




0 komentar: